Kamis, 27 Maret 2014

tugas semantik gaya bahasa

TUGAS SEMANTIK
ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI DALAM KERETA
KARYA CHAIRIL ANWAR
DISUSUN OLEH
ELLY SAHRIANI (6F)
 (116211031)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014


PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI DALAM KERETA KARA CHAIRIL ANWAR
DALAM KERETA

Dalam kereta.
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo…, makin dekat saja
Menangkup senja.
Menguak purnama.
Cahaya menyayat mulut dan mata.
Menjengking kereta. Menjengking jiwa,

Sayatan terus ke dada
Gaya Bahasa: Puisi di atas mengandung beberapa gaya bahasa. Kata-kata yang mengandung gaya bahasa tersebut  telah tercetak tebal berikut ini penjabarannya.
1.      Personifikasi
Gaya bahasa ditunjukkan pada baris yang mengandung kata-kata menangkup senja. Hal ini mengisyaratkan bahwa ada benda mati seolah-olah hidup. Ada aspek penginsanan sesuatu yang tidak bernyawa yakni menangkup senja. Kata menangkup senja diartikan sebagai benda yang bernyawa.
2.      Paralelisme
Gaya bahasa perelelisme terkadung dalam kata-kata menjengking kereta, menjengking jiwa. Yang dilakukan berulang-ulang memberikan kesan tujuan yang sama namun diikuti dengan kata yang berbeda. Dengan demikian dikatakan kata-kata tersebut mengandung gaya bahasa paralelisme.
3.      Hiperbola
Gaya bahasa tersebut ditunjukkan pada baris yang mengandung kata-kata hujan menebal jendela. Kata ‘menebal’ mengandung kesan dibesar-besarkan atau dilebih-lebihkan. jendela, kata tersebut diperuntukkan  untuk suatu benda yang berfungsi untuk masuknya udara. Penggunaan kata ‘menebal’ mengesankan bahwa hujan tersebut menunjukkan sangat deras sehingga membuat hujan tersebut masuk sampai mengenai jendela. Memang benar, namun terkesan dilebih-lebihkan dari kenyataan. Oleh karena itu, bolehlah dikata bahwa barisan kata itu mengandung unsur hiperbola.
4.      Metafora
Gaya bahasa yang menunjukan sesatu dengan perantara benda lain seperti kata cahaya menyayat mulut dan mata. Pada kata cahaya tidak dijelaskan kembali bahwa cahayalah yang menyayat mulut dan mata tetapi dengan menyayat mulut dan mata sudah memberikan pemahaman tentang cahaya tersebut.



Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai gaya bahasa dan bahasa kiasan, dapat disimpulkan bahwa puisi Dalam Kereta karya Chairil Anwar termaksut dalam gaya bahasa personifikasi, paralelisme, hiperbola dan metafora. Oleh karena itu, puisi tersebut memang mengandung unsur gaya bahasa dan bahasa kiasan dalam setiap susunan kata-katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar