TUGAS SEMANTIK
ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI
DALAM KERETA
KARYA CHAIRIL ANWAR
DISUSUN OLEH
ELLY SAHRIANI (6F)
(116211031)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014
PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI
DALAM KERETA KARA CHAIRIL ANWAR
DALAM KERETA
Dalam
kereta.
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo…, makin dekat saja
Menangkup senja.
Menguak purnama.
Cahaya menyayat mulut dan mata.
Menjengking kereta. Menjengking jiwa,
Sayatan terus ke dada
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo…, makin dekat saja
Menangkup senja.
Menguak purnama.
Cahaya menyayat mulut dan mata.
Menjengking kereta. Menjengking jiwa,
Sayatan terus ke dada
Gaya Bahasa: Puisi di
atas mengandung beberapa gaya bahasa. Kata-kata yang mengandung gaya bahasa
tersebut telah tercetak tebal berikut
ini penjabarannya.
1.
Personifikasi
Gaya
bahasa ditunjukkan pada baris yang mengandung kata-kata menangkup senja. Hal
ini mengisyaratkan bahwa ada benda mati seolah-olah hidup. Ada aspek
penginsanan sesuatu yang tidak bernyawa yakni menangkup senja. Kata menangkup
senja diartikan sebagai benda yang bernyawa.
2.
Paralelisme
Gaya
bahasa perelelisme terkadung dalam kata-kata menjengking kereta, menjengking
jiwa. Yang dilakukan berulang-ulang memberikan kesan tujuan yang sama namun
diikuti dengan kata yang berbeda. Dengan demikian dikatakan kata-kata tersebut
mengandung gaya bahasa paralelisme.
3.
Hiperbola
Gaya
bahasa tersebut ditunjukkan pada baris yang mengandung kata-kata hujan menebal
jendela. Kata ‘menebal’ mengandung kesan dibesar-besarkan atau
dilebih-lebihkan. jendela, kata tersebut diperuntukkan untuk suatu benda yang berfungsi untuk
masuknya udara. Penggunaan kata ‘menebal’ mengesankan bahwa hujan tersebut
menunjukkan sangat deras sehingga membuat hujan tersebut masuk sampai mengenai
jendela. Memang benar, namun terkesan dilebih-lebihkan dari kenyataan. Oleh
karena itu, bolehlah dikata bahwa barisan kata itu mengandung unsur hiperbola.
4.
Metafora
Gaya
bahasa yang menunjukan sesatu dengan perantara benda lain seperti kata cahaya
menyayat mulut dan mata. Pada kata cahaya tidak dijelaskan kembali bahwa
cahayalah yang menyayat mulut dan mata tetapi dengan menyayat mulut dan mata
sudah memberikan pemahaman tentang cahaya tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai gaya bahasa dan bahasa kiasan, dapat disimpulkan bahwa puisi Dalam Kereta karya Chairil Anwar termaksut dalam gaya bahasa personifikasi, paralelisme, hiperbola dan metafora. Oleh karena itu, puisi tersebut memang mengandung unsur gaya bahasa dan bahasa kiasan dalam setiap susunan kata-katanya.
Berdasarkan hasil analisis mengenai gaya bahasa dan bahasa kiasan, dapat disimpulkan bahwa puisi Dalam Kereta karya Chairil Anwar termaksut dalam gaya bahasa personifikasi, paralelisme, hiperbola dan metafora. Oleh karena itu, puisi tersebut memang mengandung unsur gaya bahasa dan bahasa kiasan dalam setiap susunan kata-katanya.